Translate

Followers

EZ Q

Rabu, 30 April 2008

Menganjak Peradaban Ummah

Dalam sebuah hadis yang datang dari sahabat Nabi iaitu Abu Hurairah r.a, Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaiman bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan diantaranya terdapat empat bulan yang dihormati : 3 bulan berturut-turut; Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab Mudhar, yang terdapat diantara bulan Jumada tsaniah dan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Penerangan Hadis:
Pada keempat-empat bulan yang disebut di dalam Hadis ini, Allah melarang kaum muslimin untuk berperang. Dalam penafsiran lain adalah bererti larangan untuk berbuat maksiat dan dosa. Namun ia tidak membawa maksud bahawa berbuat maksiat dan dosa boleh dilakukan pada bulan-bulan yang lain. Tidak terasa, bulan demi bulan menjelang; tahun demi tahun pun berlalu. Kaum Muslim kembali memasuki bulan Muharram, menandai datangnya kembali tahun yang baru; kali ini memasuki Tahun Baru 1429 Hijrah. Tidak seperti ketika datang Tahun Baru Masehi yang disambut dengan penuh semarak oleh masyarakat, Tahun Baru Hijrah disikapi oleh kaum Muslim dengan 'dingin-dingin' saja. Tahun Baru Hijrah memang tidak perlu disambut dengan kemeriahan pesta. Namun demikian, sangat penting jika tahun baru Hijrah dijadikan sebagai momentum untuk merenungkan kembali kondisi masyarakat kita saat ini. Tidak lain kerana peristiwa Hijrah Nabi SAW yang sebetulnya lebih menggambarkan momentum perubahan masyarakat termasuk perubahan secara individual. Peristiwa Hijrah Nabi Muhammad SAW tidak lain merupakan peristiwa yang menandai perubahan masyarakat Jahiliah saat itu menjadi masyarakat Islam. Inilah sebetulnya makna terpenting dari Peristiwa Hijrah Nabi SAW.Secara bahasa, hijrah bererti berpindah tempat. Adapun secara syar'i, para fukaha mendefinisikan hijrah sebagai: keluar dari darul kufur menuju darul Islam. Darul Islam dalam definisi ini adalah suatu wilayah (negara) yang menerapkan syariat Islam secara total dalam segala aspek kehidupan dan yang keamanannya berada di tangan kaum Muslim. Sebaliknya, darul kufur adalah wilayah (negara) yang tidak menerapkan syariat Islam dan keamanannya bukan di tangan kaum Muslim, sekalipun majoriti penduduknya beragama Islam. Definisi hijrah semacam ini diambil dari fakta hijrah Nabi SAW sendiri dari Makkah (yang saat itu merupakan darul kufur) ke Madinah (yang kemudian menjadi darul Islam). Peristiwa Hijrah, paling tidak, memberikan makna sebagai berikut: Pertama, pemisah antara kebenaran dan kebatilan; antara Islam dan kekufuran; serta antara darul Islam dan darul kufur. Paling tidak, demikianlah menurut Umar bin al-Khaththab RA ketika dia menyatakan, ''Hijrah itu memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.'' (Ibn Hajar). Kedua, tonggak berdirinya daulah Islamiyah (negara Islam) untuk pertama kalinya. Dalam hal ini, para ulama dan sejarawan Islam telah sepakat bahwa Madinah setelah Hijrah Nabi SAW telah berubah dari sekadar sebuah kota menjadi sebuah negara Islam; bahkan dengan struktur yang-menurut cendekiawan Barat, Robert N Bellah, ''Terlalu moden untuk ukuran zamannya.'' Saat itu, Muhammad Rasulullah SAW sendiri yang menjawat sebagai ketua negaranya. Ketiga, awal kebangkitan Islam dan kaum Muslim yang pertama kalinya, setelah selama 13 tahun sejak kelahirannya, Islam dan kaum Muslim terus dikucilkan dan ditindas secara zalim oleh orang-orang kafir Makkah. Semua ini menjadi pemangkin pembentukan tamadun dan peradaban ummah, sejak zaman dulu, kini dan seterunya pada masa akan datang.
Riwayat: Bukhari dan Muslim

Tiada ulasan: